Kamis, 20 November 2008

SENI SUARA

Gegendingan
Gegendingan adalah sekumpulan kalimat bebas yang dinyanyikan. Isinya pada umumnya pendek, dan sederhana. Dikatakan bebas karena benar-benar tidak ada ikatannya. Antara tiap kalimat tidak harus mempunyai arti yang membentuk cerita atau pengertian, dan kadang-kadang kalimat yang terbentuk dari kata-kata itu juga tidak mempunyai arti yang jelas. Ada tiga jenis gegendingan:

1 Gending Rare
2 Gending Jejangeran
3 Gending Sanghyang

Sekar Alit

Kelompok Sekar Alit, yang biasa disebut tembang macapat, gaguritan atau pupuh, terikat oleh hukum Padalingsa yang terdiri dari guru wilang dan guru dingdong. Guru wilang adalah ketentuan yang mengikat jumlah baris pada setiap satu macam pupuh (lagu) serta banyaknya bilangan suku kata pada setiap barisnya. Bila terjadi pelanggaran atas guru wilang ini maka kesalahan ini disebut elung. Selanjutnya guru dingdong adalah uger-uger yang mengatur jatuhnya huruf vokal pada tiap-tiap akhir suku kata. Pelanggaran atas guru dingdong ini disebut ngandang. Tentang istilah macapat yang dipakai untuk menyebut jenis tembang ini adalah sebuah istilah dari bahasa Jawa. Kelompok tembang ini disebut tembang macapat karena pada umumnya dibaca dengan sistem membaca empat-empat suku kata (ketukan).
Adapun jenis-jenis tembang macapat (pupuh) yang terdapat di Bali dan yang masih digemari oleh masyarakat, di antaranya adalah:
Pupuh Sinom:
1 Sinom Lumrah : ~Pelog
2 Sinom Wug Payangan: ~Slendro
3 Sinom dingdong:~Slendro
4 Sinom Sasak:~Slendro
5 Sinom Lawe:~Slendro
6 Sinom Genjek:~Pelog
7 Sinom Silir:~Slendro
Pupuh Ginada:
1 Ginada Basur:~Pelog
2 Ginada Linggar Petak:~Pelog
3 Ginada Jayapura:~Pelog
4 Ginada Bagus Umbara:~Pelog
5 Ginada Candrawati:~Pelog
6 Ginada Eman-eman/Bungkling:~Slendro
Pupuh Durma:
1 Durma Lumrah:~Pelog
2 Durma Lawe:~Pelog

Pupuh Dangdang:
1 Dangdang Gula:~Pelog

Pupuh Pangkur:
1 Pangkur LumrahL:~Pelog
2 Pangkur Jawa / Kakidungan:~Slendro

Pupuh Ginanti:
1 Ginanti Lumrah:~Pelog & Slendro
2 Ginanti Pangalang:~Pelog & Slendro

Pupuh Semarandana:
1 Semarandana Lumrah:~Pelog
2 Semarandana Mendut:~Slendro

Pupuh Pucung:~Slendro dan Pelog

Pupuh Megatruh:~Laras Pelog

Pupuh Gambuh:~Laras Pelog

Pupuh Demung:~Laras Slendro

Pupuh Adri:~Laras Pelog
Masing-masing pupuh yang tersebut di atas mengandung suasana kejiwaan yang berbeda-beda. Suasana yang ditimbulkan oleh pupuh tersebut sangat berguna untuk mengungkapkan suatu suasana dramatik dari suatu cerita / lakon. Secara umum hubungan antara suasana dengan jenis pupuh dapat dilukiskan sebagai di bawah ini:

1 aman, tenang, tentram: Sinom Lawe, Pucung, Mijil, Ginada Candrawati dan lain-lainnya
2 gembira, riang, meriah: Sinom Lumrah, Sinom Genjek, Sinom Lawe, Ginada Basur, Adri, Megatruh dan lain sebagainya
3 sedih, kecewa, tertekan: Sinom Lumrah, Sinom Wug Payangan, Semarandana, Ginada Eman-eman, Maskumambang, Demung dan lain-lainnya
4 marah, tegang, kroda: Durma dan Sinom Lumrah

Sekar Madya

Di Bali terdapat berbagai jenis tembang yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Masyarakat Bali membedakan seni tembang ini menjadi empat (4) kelompok.

Sekar Agung

Sekar Agung atau Tembang Gede meliputi lagu-lagu berbahasa Kawi yang diikat oleh hukum guru lagu, pada umumnya dinyanyikan dalam kaitan upacara, baik upacara adat maupun agama. Jenis tembang Bali yang termasuk dalam kelompok Sekar Agung ini adalah Kakawin. Kakawin adalah puisi Bali klasik yang berdasarkan puisi dari bahasa Jawa Kuna. Dilihat dari segi penggunaan bahasanya, Kakawin banyak mengambil dasar dari puisi Sanskerta yang kemudian diterjemahkan dan disesuaikan, sehingga mempunyai kekhasan tersendiri.Ada dugaan bahwa Kakawin ini diciptakan di Jawa pada abad IX sampai XVI. Di dalam Kakawin terdapat bagian-bagian sebagai berikut:
~Pengawit (penyemak)
~Panampi ( pangisep)
~Pangumbang
~Pamalet Kakawin Masyarakat Bali mengenal banyak jenis Kekawin seperti:
~Aswalalita
~Wasantatilaka
~Tanukerti
~Sardulawikradita
~Watapatia Wangeasta
~Wirat
~Ccedil;ekarini
~Girisa
~Prtiwitala
~Puspitagra
~Saronca

Di samping tembang-tembang di atas masih ada beberapa jenis untaian kata bertembang yang sukar untuk dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok yang bertembang. Jenis-jenis kata bertembang yang dimaksud adalah:
Sasonggan adalah Kalimat kiasan yang dapat dipakai untuk menggambarkan suatu peristiwa
Bladbadan adalah Kalimat yang mengandung arti kiasan
Wawangsalan adalah Kalimat bersajak
Sasawangan adalah Kalimat perbandingan
Papindaan adalah Kalimat perbandingan
Tandak : Tandak
Pangalang adalah Tembang pendahuluan
Sasendon adalah Semacam tandak yang dipergunakan untuk menggarisbawahi suatu dramaUntuk dapat menyanyi dengan baik seorang penembang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
~Suara harus bagus dan tahu pengolahannya
~Nafas panjang serta tahu mengaturnya
~Mengerti masalah laras (selendro dan pelog)
~Mengerti tetabuhan dan menguasai perihal matra
~Tahu hukum/uger-uger yang ada pada masing-masing kelompok tembang
~Memahami seni sastra

Seni Tari

Pulau Bali memang sudah terkenal ke seluruh dunia dengan budayanya salah satunya yaitu seni drama dan tari. Misi kesenian Bali ke luar negeri untuk mempromosikan Bali khususnya dan Indonesia umumnya sudah sering berlangsung dan mendapatkan sambutan antusias dari para penonton yang terkagum dan terkesima dengan gerakan-gerakan tari Bali yang enerjik apalagi tat kala melihat lirikan mata dan jari-jemari yang mengikuti suara gambelan sebagai pengiring tarian. Drama dan tari penuh dengan simbol-simbol. Baik simbol dari kehidupan nyata maupun simbol kehidupan alam lain dan mimpi-mimpi. Hanya peradaban manusia yang mengerti arti simbol. Simbolisme yang digambarkan oleh para seniman drama dan tari di Bali sangat komunikatif. Tidak hanya menghibur hati, tetapi dapat memberikan pedoman yang mudah dicerna tentang benar dan salah, tentang baik dan buruk. Drama dan tari tidak hanya menghubungkan nalar dan rasa antar manusia, tetapi juga menghubungkan alam sekala dan niskala manusia secara harmonis dan estetis. Tari Bali dapat dikategorikan 2 jenis :
-
Tari Bali Sakral yaitu jenis tari bali yang hanya bisa dipentaskan pada waktu berlangsung suatu upacara dimana tarian tersebut merupakan rangkaian dari upacara tersebut.
-
Tari Bali yang bisa dipentaskan sewaktu-waktu dan bertujuan untuk menghibur.

Tari Legong Keraton

Legong Keraton adalah sebuah tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat komplek dan diikat oleh struktur tabuh pengiring yang konon mendapat pengaruh dari Tari Gambuh. Kata Legong Keraton terdiri dari dua kata yaitu legong dan kraton. Kata legong diduga berasal dari kata “leg” yang berarti gerak tari yang luwes. Lemah gemulai. Sementara “gong” berarti gambelan. “leg” dan “gong” digabung menjadi legong yang mengandung arti gerakan yang diikat, terutamaaksentuasinya oleh gambelan yang mengiringinya.
Jadi Legong Keraton berarti sebuah tarian istana yang diiiringi oleh gambelan. Sebutan legong kraton merupakan perkembangan berikutnya. Ada praduga bahwa Legong Kraton berasal dari pengembangan Tari Sang Hyang.
Pada mulanya legong berasal dari Tari Sang Hyang yang merupakan tari improvisasi dan kemudian gerak-gerak improvisasi itu ditata, dikomposisikan menurut pola atau struktur dari pegambuhan (gambelan). Gerakaan-gerakan tari yang membangun Tari Kraton ini disesuaikan dengan gambelan sehingga tari ini menjadi tarian yang indah, dinamis dan abstrak. Gambelan yang dipakai mengiringi tari ini dalam seni pertunjukan kemasan baru adalah gambelan gong kebyar.